Muamalah

Muamalah

Portal Islam

Mar 29, 2024
Otomatis
Mode Gelap
Mode Terang
Breaking

5 Kelemahan Ilmu Bisnis ‘Akademis’ Dibandingkan Ilmu Bisnis ‘Lapangan’

Ilmu bisnis adalah ilmu yang bergerak sangat cepat. Hal ini memungkinkan bagi yang ‘cepat tanggap’ -lah yang mampu beradaptasi dan segera melakukan inovasi.
Maka beruntunglah bagi mereka yang hidup di ‘lapangan’ — karena lebih cepat dalam melihat ‘perubahan tren bisnis’. Sebaliknya, bagi mereka yang besar di jalur ‘akademis’ akan lambat merespon perubahan lantaran kurikulum belajar mereka bergerak sangat lambat. Mereka cenderung bergerak sesuai kurikulum dan pola pikir pengajar, sehingga mereka seperti ‘dibatasi’ dalam berkreasi.
Adalah hal yang wajar ketika melihat sosok Mark Zuckeberg, Steve Jobs dan Bill Gates memutuskan untuk Drop Out dari perkuliahan dan memutuskan untuk ‘terbang bebas’ dan berkreasi. Bagi mereka, perkuliahan hanya akan membatasi ruang gerak mereka untuk berkreasi. Dan kebanyakan dunia perkuliahan mengarahkan seseorang untuk menjadi ‘karyawan abadi’. Hal itu tentunya tak sesuai dengan visi mereka yang ingin melakukan ‘sesuatu yang luar biasa’ yang tak diajarkan di dunia akademis.
Apakah langkah yang diambil Mark dan kawan-kawan salah?
Jawabannya, lihat saja hasil karya mereka yang kini merajai bisnis dunia, antara lain:
1. Facebook (Mark Zuckeberg)
2. Microsoft (Bill Gates)
3. Apple (Steve Jobs).
Artinya langkah yang diambil Mark Zuckeberg cs adalah BENAR.
Ilustrasi di atas baru 1 contoh kelemahan dari ilmu bisnis ‘akademis’ ketimbang ilmu bisnis ‘lapangan’. Masih ada beberapa lagi kelemahan ilmu bisnis akademis yang akan diulas di sini.
Apa sajakah itu?
Ilustrasi dari Pixabay
Langsung saja, berikut ini ada 5 kelemahan ilmu bisnis akademis dibandingkan ilmu bisnis lapangan, antara lain:


1. Insting vs riset



Bagi mereka yang dididik dengan ilmu bisnis akademis, tentunya lebih banyak mengandalkan insting dan analisis. Berbeda halnya dengan pebisnis yang besar di lapangan, yang lebih memilih untuk melakukan riset, trial dan error.
Jadi, kalau berandai-andai kedua orang ini diberi modal yang sama untuk menjalankan usaha, mungkin hasilnya akan beda. Apakah insting, ataukah riset yang lebih sukses?
Silahkan jawab sendiri. Anda pasti tahu hasilnya bagaimana, hehehe..


2. Perubahan tren yang sangat cepat

Akhir-akhir ini perubahan tren bisnis bergerak sangat cepat. Ketika kita sibuk di meja belajar, maka kita tak bisa melihat ‘dinamika’ bisnis yang sedang terjadi. Sedangkan apabila kita berdiri di ‘lapangan’, maka segala perubahan itu terlihat nyata di hadapan kita.
Di sini sudah jelas terlihat — yang di ‘lapangan’-lah yang lebih cepat tahu dan tentunya akan langsung merespon dengan cepat. Sebaliknya, bagi mereka yang sibuk di meja belajar, masih sibuk dengan hafalan teori bisnis yang sedang populer beberapa tahun sebelumnya. Padahal bisnis tersebut sudah jauh tertinggal, dan mereka tak menyadari hal itu lantaran ‘terkurung’ di dalam ‘kotak’.

3. Teori vs praktek

Dunia perkuliahan identik dengan teori, analisa, seminar, wacana, rencana, pembahasan rancangan, revisi, debat-debatan, penundaan dan lain sebagainya. Sementara itu dunia ‘lapangan’ gak banyak teori dan gak banyak mikir, tapi lebih banyak ACTION!

4. Kurikulum terbatas vs kurikulum ‘bebas’

Ketika kita memutuskan untuk belajar bisnis melalui jalur akademis, maka kita harus siap berkiblat pada kurikulum yang (mungkin) sifatnya terbatas dan ‘ketinggalan jaman’. Bandingkan kalau belajar bisnis langsung di lapangan, seperti LANGSUNG riset dan bertanya-tanya kepada para pebisnis di sekitar mengenai market, peluang, omset dan lain sebagainya, lalu kita langsung buka usaha berdasarkan riset tersebut. Tentunya kita bebas berkreasi sesuai kemauan kita, bukan berdasarkan kemauan kurikulum dan dosen pengajar kita.


5. Pembentukan mental

Hal ini sudah jelas, dan tak perlu dibahas lagi. Yang jelas , mereka yang belajar ilmu bisnis di lapangan alias terjun langsung pasti pernah merasakan kesulitan-kesulitan dan bagaimana pahitnya kegagalan.
Bandingkan dengan mereka yang mendalami teori bisnis di perkuliahan, pastinya hanya disibukkan dengan teori, analisa, seminar, wacana, debat-debatan dan lain sebagainya. Jadi di manakah ilmu ‘pembentukan mental’nya?
Sebelumnya perlu diinfokan bahwa penjelasan di atas tidak bermaksud untuk mendiskreditkan pihak akademis. Di sini kami memberikan sedikit gambaran saja, mengenai ilmu bisnis akademis versus ilmu bisnis lapangan. Semua pilihan terserah anda, apabila keluarga anda mapan — silahkan fokus belajar bisnis lewat akademis. Namun, bagi yang keluarganya pas-pasan janganlah berkecil hati, karena ilmu bisnis di lapangan jauh lebih menantang dan tentunya lebih ‘greget’.
Sekian dahulu ulasan dari kami mengenai 5 kelemahan ilmu bisnis akademis dibandingkan ilmu bisnis lapangan. Semoga ulasan yang singkat ini bisa memberikan inspirasi bagi sobat semua.
Ayo, segera mulai bisnis anda!

Comment

Your email address will not be published

There are no comments here yet
Be the first to comment here